Senin, November 26, 2012

Opini terhadap cerpen “Jejak Tanah” karya Danarto

Saya terus terang merasakan ngeri yang cukup luar biasa saat membaca tiga paragraf dari cerpen ini, bukan karena apa-apa selain saya membayangkan apabila peristiwa itu benar-benar terjadi. Penggambaran akan tragedy demi tragedy dalam cerpen ini yang dibuat sedemikian detail yang membuat kita sebagai pembaca dapat membayangkan hal-hal tersebut di benak kita masing-masing yang patut diacungkan jempol. Plot yang ditampilkan dalam cerita pendek ini cenderung maju dan mundur, kejadian yang berada di masa lampau dan sekarang saling melengkapi satu sama lain di dalam cerpen ini sehingga menjelaskan betul bentuk sebab-akibat di ceritanya.
Tetapi dalam bagian percakapan, terdapat kalimat yang kurang jelas siapa yang mengucapkan kalimat tersebut karena tidak ada kejelasan akan siapa yang mengucapkan kalimat tersebut sehingga membuat kita harus benar-benar mengerti jalannya percakapan tersebut. Tokoh-tokoh yang diperkenalkan dan dijelaskan oleh penulis disini juga kurang mendapatkan perhatian yang cukup baik dalam latar belakang maupun kepribadian tokoh tersebut yang bertujuan untuk membuat kita dapat “mengenali” si tokoh tersebut dengan baik.
Untuk pesan moral yang penulis berusaha untuk sampaikan jujur sangat dapat dicerna dan diterima oleh pembaca dengan baik, pesan seperti kita harus dapat mempertahankan “keimanan” kita kelak sampai kita tua, agar di masa tua kita tidak tergelincir dan terjatuh kedalam jurang “kesesatan” serta terguling-guling di dalamnya sampai kelak maut menjemput kita, karena bahwasanya “Kematian tidak mengetuk pintu”, itu bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, dan dimana saja. Maka dari itu, kita sebagai mahluk yang beragama sudah seharusnya terus beribadah kepada Tuhan Yang Esa sampai tiba waktu untuk kita berpulang ke pangkuan-Nya.
Bandung, 29 Oktober 2012, pukul 20:34.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar